Selasa, 24 Mei 2016

kegiatan-kegiatan di Risantya

Salah satu kegiatan yang biasa di lakukan oleh kami adalah kegiatan keluar (outing activity) atau pengenalan lingkungan seperti hiking, renang, olahraga ke luar dan acara pengakraban guru dengan orang tua dan siswa. Berikut beberapa foto kegiatannya :


kegiatan pramuka di kiara payung



kegiatan renang di sabda alam



wisata ke monas

Rabu, 15 Januari 2014

Pengajar dan Staf Risantya



Pada Bulan Maret 2009 Dinas Pendidikan menempatkan bapak Budi Setiono S.Pd sebagai kepala sekolah definitif di Sekolah dan Terapi Risantya sampai dengan tahun 2015 , selanjutnya kepemimpinan di pegang oleh Bapak Drs. Suripno  sebagai kepala Sekolah dan Terapi Risantya sampai dengan sekarang. Dengan jumlah personil guru dan terapis berjumlah 15 orang, dengan latar belakang guru pendidikan luar biasa dari UPI, UNINUS dan UNP, terapis Akademi Fisioterapi Solo, 1 petugas administrasi dan 1 caraka.
                                     
Struktur organisasi Sekolah dan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus Risantya

Ketua Yayasan  : dr. Nelly Amalia Risan, Sp.A(K)

Kepala Sekolah : Drs. S U R I P N O

Terapis        :   
  • Kusdarini AMF, S.Pd
  • Dian Argiantini S.Pd
  • Turkasih S.Pd
  • Nindhita Insani E S.Pd
  • Nirma Shofia Nisa S.Pd

Staf Pengajar     :  
  • Tita Purwita S.Pd
  • Sumaryani S.Pd
  • Rinda Nurjanah S.Pd
  • M. Chandra Zakaria S.Pd
  • Siti Dewi Ratna Sari S.Pd
  • Nia Ratniasih S.Pd
  • Roumy Handayani Pesona S.Sn
  • Wida Iskandar S.Pd
  • Shafatika Syukur S.Pd

Administrasi      : Lenny Laelani S.E



Rabu, 11 Desember 2013

Mengenal Sekolah dan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus Risantya lebih dekat





A.      Latar Belakang
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak-anak yang mempunyai kebutuhan baik permanent maupun sementara yang disebabkan oleh kondisi social, ekonomi, politik, kelainan bawaan maupun yang di dapat kemudian. Anak-anak ini mengalami hambatan perkembangan fisik, mental, kognitif, bahasa / komunikasi, interaksi social dan perilaku. Kondisi ini apabila tidak dilakukan intervensi dini dan tatalaksana yang tepat, sulit diharapkan perkembangan yang optimal. Mereka bukan saja menjadi tanggung jawab orang tua tetapi tanggung jawab kita semua. Agar anak-anak ini dapat teratasi diperlukan penanganan yang komprehensif dan terpadu dari bidang medis dan edukatif, dengan harapan agar tujuan dari penatalaksanaan anak kebutuhan khusus dapat tercapai yaitu “anak dapat mengatasi permasalahan perkembagannya dan dapat hidup mandiri sesuai dengan tahap perkembangannya”.
        Pusat pelayanan terpadu sangat diharapkan memenuhi kebutuhan anak berkebutuhan khusus untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Saat ini masih banyak pusat pelayanan terpadu yang belum dapat memenuhi kebutuhan anak secara berkelanjutan sampai anak pada tahap perkembangan selanjutnya yaitu pada tahapan anak harus masuk sekolah. Penyelenggaraan pusat-pusat terapi yang ada belumlah dapat menampung seluruh anak dengan kebutuhan khusus yang ada sekarang ini. Dengan kondisi demikian perlu adanya penyelenggaraan pusat pelayanan pendidikan dan pelatihan yang dapat menampung anak-anak yang belum mendapat pelayanan pendidikan yang memadai sebagai upaya menormalisasi pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
        Berdasarkan pemikiran di atas berdirilah Pusat Terapi dan Remediasi Anak dengan Kebutuhan Khusus yang diberi nama “ RISANTYA “ pada bulan April 2003. Yang dalam perkembangannya berkembang menjadi “Sekolah dan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus Risantya” pada tahun 2008. Beberapa factor yang mendasari berdirinya Risantya diantaranya adalah :
  1. Perlunya anak berkebutuhan khusus mendapatkan kelayakan pendidikan yang sama seperti anak yang lainnya
  2. Mengingat masih terbatasnya pusat-pusat pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
  3. Mengingat penanganan bagi anak kebutuhan khusus berbeda dengan anak yang lainnya maka perlu adanya pusat pelayanan pendidikan yang khusus dan dengan pendekatan yang khusus pula
  4. Masih banyaknya anak kebutuhan khusus yang belum dapat mengikuti penatalaksanaan dengan alasan :